Senin, 07 Januari 2013
Jumat, 04 Januari 2013
Kerajinan Rotan Tak Tersaingi Bahan Plastik
USAHA keranjang parcel ternyata tak sembarang bisa dilakukan setiap orang, mulai dari memproduksi, memasarkan, sampai kepada menjaring pelanggan baru. Dan ternyata naik-turunnya penjualan handycraft ini sama sekali tak terpengaruh larangan pejabat negara saling menerima dan mengirim parcel lebaran.
“Kami
sudah memiliki pelanggan tetap mingguan dan bulanan, baik itu jelang Lebaran
atau di luar bulan-bulan itu. Pengaruhnya dari larangan itu hampir tidak ada,
toh buktinya kondisi di pasaran justru penjualan terus meningkat,” ujar
Yulianti perajin asal Kelurahan Balearjosari itu, kepada Malang Post.
Bahan
keranjang parcel yang dibuatnya lebih banyak didominasi rotan jenis rondcare
yang dipasok dari belantara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan lewat
dermaga Tanjung Perak Surabaya dan Dermaga Cirebon yang juga sebagai sentral
industri handycafrt terbesar di tanah air. “Tapi untuk keranjang parcel yang
kami buat dari bahan selain rotan, seperti mendong, enceng gondok, dan pelepah
pisang cukup mendapat pasokan dari Malang Selatan saja, kata Mochammad R.
Mardian, pemilik Ilham Gallery Rattan Basket and Furniture Classic itu
Jika
ia mengambil bahan rotan dari beberapa daerah, khusus untuk perajin, Mardian
mengaku menghadirkan karyawan khusus dari Majalengka, Ciebon, Tasikmalaya, dan
Indramayu.
Menurutnya,
perajin keranjang parcel asal Jawa Barat itu dinilai lebih telaten dan
disiplin, lebih serius bekerja karena domisili asal dengan Malang berjarak
jauh. “Dengan gaji harian Rp 65 ribu per orang, cukup lumayan karena mereka
juga tidur dan makan di sini. Mereka kerja serius, karena pulang ke daerah
asalnya rata-rata 3 bulan sekali. Mereka juga berasal dari daerah yang dikenal
sebagai pusat kerajian anyaman di tanah air,” turut Mardian kemudian.
Tenaga-tenaga
andal terlatih asal empat kota di Jabar itu, dikatakan dalam sehari mampu membuat
15 sampai 25 potong keranjang parcel. “Untuk itulah kami punya alasan
tersendiri mengapa sengaja mendatangkan perajin dari luar daerah. Juga mengapa
kami tetap bertahan pada bahan alami ketimbang tergiur membuat keranjang parcel
dari plastik,” urai Mardian lebih lanjut.
Beberapa
pemilik galeri di Balearjosari bersikukuh tetap menomorsatukan bahan pembuat
keranjang parcel dari rotan, mendong, pelepah pisang, dan enceng gondok. “Bahan
dari plastik memang mudah didapat, tapi ada kepuasan kenapa kami menggunakan
bahan alami itu. Plastik kan sulit didaur ulang kalau sudah tidak terpakai,
beda dengan rotan, enceng gondok, pelepah pisang, dan mendong yang ramah
lingkungan. Terpenting kami bisa menolong petani enceng gondok dan mendong,”
timpal Yulianti. (nov/han) (Noval Lutfianto/malangpost)
Langganan:
Postingan (Atom)