Jumat, 04 Januari 2013

Kerajinan Rotan Tak Tersaingi Bahan Plastik



USAHA keranjang parcel ternyata tak sembarang bisa dilakukan setiap orang, mulai dari memproduksi, memasarkan, sampai kepada menjaring pelanggan baru. Dan ternyata naik-turunnya penjualan handycraft ini sama sekali tak terpengaruh larangan pejabat negara saling menerima dan mengirim parcel lebaran.

“Kami sudah memiliki pelanggan tetap mingguan dan bulanan, baik itu jelang Lebaran atau di luar bulan-bulan itu. Pengaruhnya dari larangan itu hampir tidak ada, toh buktinya kondisi di pasaran justru penjualan terus meningkat,” ujar Yulianti perajin asal Kelurahan Balearjosari itu, kepada Malang Post.

Bahan keranjang parcel yang dibuatnya lebih banyak didominasi rotan jenis rondcare yang dipasok dari belantara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan lewat dermaga Tanjung Perak Surabaya dan Dermaga Cirebon yang juga sebagai sentral industri handycafrt terbesar di tanah air. “Tapi untuk keranjang parcel yang kami buat dari bahan selain rotan, seperti mendong, enceng gondok, dan pelepah pisang cukup mendapat pasokan dari Malang Selatan saja, kata Mochammad R. Mardian, pemilik Ilham Gallery Rattan Basket and Furniture Classic itu

Jika ia mengambil bahan rotan dari beberapa daerah, khusus untuk perajin, Mardian mengaku menghadirkan karyawan khusus dari Majalengka, Ciebon, Tasikmalaya, dan Indramayu.
Menurutnya, perajin keranjang parcel asal Jawa Barat itu dinilai lebih telaten dan disiplin, lebih serius bekerja karena domisili asal dengan Malang berjarak jauh. “Dengan gaji harian Rp 65 ribu per orang, cukup lumayan karena mereka juga tidur dan makan di sini. Mereka kerja serius, karena pulang ke daerah asalnya rata-rata 3 bulan sekali. Mereka juga berasal dari daerah yang dikenal sebagai pusat kerajian anyaman di tanah air,” turut Mardian kemudian.

Tenaga-tenaga andal terlatih asal empat kota di Jabar itu, dikatakan dalam sehari mampu membuat 15 sampai 25 potong keranjang parcel. “Untuk itulah kami punya alasan tersendiri mengapa sengaja mendatangkan perajin dari luar daerah. Juga mengapa kami tetap bertahan pada bahan alami ketimbang tergiur membuat keranjang parcel dari plastik,” urai Mardian lebih lanjut.

Beberapa pemilik galeri di Balearjosari bersikukuh tetap menomorsatukan bahan pembuat keranjang parcel dari rotan, mendong, pelepah pisang, dan enceng gondok. “Bahan dari plastik memang mudah didapat, tapi ada kepuasan kenapa kami menggunakan bahan alami itu. Plastik kan sulit didaur ulang kalau sudah tidak terpakai, beda dengan rotan, enceng gondok, pelepah pisang, dan mendong yang ramah lingkungan. Terpenting kami bisa menolong petani enceng gondok dan mendong,” timpal Yulianti. (nov/han) (Noval Lutfianto/malangpost)